Oleh : Dr. Andi Jaya Sose, S.E., M.B.A. |
Jokowi dengan mudahnya mendapat mandat ini, tapi dibalas dengan tidak maunya mengakhiri kekuasaannya. Mulai gerakan tiga periode, perpanjangan masa jabatan, sampai pada cawe-cawenya, dan terakhir penyataannya di media yang didampingi oleh Panglima TNI beserta ketiga Angkatan dan Menteri Pertahanan yang juga salah satu kontestan, atas ketidak netralannya demi penggantinya yang akan melanggengkan kekuasaannya meskipun tidak dalam struktur.
Prinsip politik Jokowi adalah menang. Kemenangan disediakan bagi orang yang bersedia membayar harganya, bukan benar-salah. Karena menurutnya, yang pernah diucapkan oleh Gus Romy, kekuasaan bukanlah alat untuk mengabdi pada kebajikan, dan keadilan melainkan kekuasaan sebagai alat untuk mengabdi pada kepentingan. Jokowi sangat lihai dalam persilatan, jika elit yg menyerang maka dia tiarap dan seribu bahasa.
Lebih baik menjaga mulut agar tetap tertutup dan membiarkan orang lain menganggapnya bodoh atau plongo dari pada membuka mulut dan menegaskan semua anggapan mereka. Tapi jika kalangan Gress root menyerangnya maka dia datangi dengan dialok dengan segala janji yg populis.
Prinsipnya, logika dan kesukaan tidak mungkin dikombinasikan.*
Makassar, 26 Januari 2024
0 Komentar