Running Photograper, Kawasan CPI Makassar, Jum'at (26/01) (Foto: Agisto/Swin) |
Makassar, SwaraIndependen.Com-- Kawasan Centre Point Indonesia (CPI) Makassar, menjadi "surga" bagi para Running Photographer. Pasalnya, kawasan elit di tengah Kota Makassar tersebut merupakan tempat yang ramai sebagai tempat olah raga lari dan bersepeda, pagi, siang, dan sore, setiap harinya.
Running Photograper, merupakan profesi yang kini banyak diminati generasi muda di Makassar. Di antara mereka ada Mahasiswa, Wartawan Foto, Pengusaha, bahkan Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Fotografer yang mangkal di kawasan CPI, ada puluhan orang, mulai amatiran hingga yang sudah profesional," ujar Dicky salah seorang Fotografer yang ditemui SwaraIndependen.Com, Jum'at (26/01) sore tadi.
Ketika ditanya bagaimana mendapatkan hasil dari foto-fotonya, Dicky mengungkapkan jika mereka jual melalui aplikasi yang memang khusus tempat jual beli online foto.
"Ada memang aplikasi semacam Marketplace," ungkapnya.
Selain itu juga ada yang minta difoto, biasa mereka tebus secara langsung. Kadang juga diupload di Instagram, hingga ada yang menebusnya.
Terkait harga jual foto, Dicky mengakui, jika fotonya biasa laku Rp35ribu hingga Rp50ribu.
Olahraga lari dan bersepeda yang kini banyak digemari di Kota Makassar menjadikan Kawasan CPI Makassar sebagai tempat nyaman untuk mereka. Hingga para pemburu gambar ikut merasakan manfaatnya. Kejeliannya melihat peluang dengan mengabadikan momen para pelari dan pesepeda, membuat para fotografer itu mendapat pundi-pundi cuan tambahan yang menjanjikan.
Profesi fotografer yang menjadikan pelari atau pesepada sebagai obyeknya (running fotografer, Red), memang sedang tren seiring dengan naiknya minat masyarakat pada kedua olahraga itu.
Senada dengan Dicky, Wandy juga mengakui jika hasil karyanya dapat ditebus dengan melalui Instagram atau ditebus langsung harga yang terjangkau. Tapi dirinya menerapkan sistem paketan untuk tebus langsung, satu paket berisi 2 file foto digital dijualnya dengan harga Rp50ribu.
“Harga murah dulu, karena kalau langsung mahal nanti mereka tidak mau nebus lagi, cuma sekali saja. Jadi perlu strategi pemasaran yang bagus juga,” ujarnya.
Pria yang yang sudah menggeluti dunia fotografi ini sejak beberapa tahun itu, tak bisa memastikan berapa penghasilannya dalam sekali duduk dan hunting. Namun pada beberapa kesempatan ia bisa membawa pulang uang hingga ratusan ribu.
“Lokasi yang ramai dan ternyata bagus minatnya itu di sini (kawasan CPI, Red) Banyak yang nebus, bahkan minta difoto, potensi dan minat masyarakatnya bagus,” ungkap dia.
Pekerjaan sampingan sebagai fotografer ini sudah dijalaninya hampir satu tahun. Dia mengungkapkan, inspirasi profesi ini pertama kali didapatnya saat berburu foto di momen Car Free Day. Dia melihat banyak running fotografer yang menjamur di berbagai titik. Akhirnya ia memutuskan melakukan hal serupa juga.
"Akhirnya saya berusaha juga beli Lensa Tele seperti ini," ujarnya sambil menunjukkan lensa tele miliknya.*
(Agisto)
0 Komentar