Oleh : H. Andi Ahmad Saransi
Idul Fitri merupakan hari yang ditunggu kaum Muslim di seluruh dunia. Idul Fitri merupakan hari ketika umat Islam berbahagia dan bergembira karena mereka berhasil menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri merupakan hari baik, yang dimaknai kaum Muslim kembali kefitrahnya sebagai manusia yang bersih tanpa dosa. Momentum ini diwarnai dengan ibadah shalat Idul Fitri, kemudian bersilaturahmi saling memaafkan, dan juga menjadi ladang amal untuk berbagai ke sesama manusia.
Kini Idul Fitri 1445 Hjria telah tiba saatnya silaturahmi dan bermaafan dengan kerabat dan keluarga. Tradisi perayaan Lebaran yang khas Indonesia yang tak hanya bermakna religi sebagai sarana penghapus dosa, tetapi juga untuk ketenangan dan kesejahteraan jiwa serta kerukunan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Seiiring dgn rencana Halal bihalal Kerukunan Keluarga Soppeng (KKS) pada tanggal 15 April 2024 dengan mengusung tema _"Yassisopengi Sirui Mènrè Tessirui No"_ maka tema itu harus dimaknai bahwa Idul Fitri adalah batu loncatan untuk berubah, silaturahmi menjadi sarana mempererat relasi sosial, penyambung kembali hubungan antar warga Soppeng yang renggang akibat jarak, waktu, dan keadaan. Dalam struktur relasi, warga yang meminta maaf merendahkan posisi dirinya dan meninggikan kedudukan warga yang dimintai maaf. Namun, warga yang dimintai maaf biasanya juga lalu menurunkan posisinya dengan meminta maaf kembali kepada warga yang lebih dulu meminta maaf. Inilah _sirui mènrè tessi rui no_. Memaafkan membutuhkan ingatan nostalgia, mengingat pelanggaran yang terjadi di masa lalu. Saat warga saling maaf dan memaafkan akan terbentuk ikatan sosial yang baik antar sesama warga KKS.
Disaamping itu, maaf-memaafkan tidak hanya baik bagi kesehatan mental, tetapi juga dapat mempererat ikatan sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Di balik maaf-memaafkan itu, ada empati dan rasa percaya kepada orang lain.
Tatap muka dan kohesivitas sosial seperti layaknya warga desa telah memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, membuat manusia lebih pintar, lebih sehat, lebih bahagia, tangguh, bahkan berumur lebih panjang.
Namun, tak dimungkiri, permintaan maaf dan pemberian maaf yang tak ikhlas dan penuh manipulasi justru akan berakibat stres, cemas, takut, waswas, dan marah.
Untuk itu, kemauan seseorang warga hadir di forum silaturahmi Halal bihalal itu sudah menjadi poin penting karena menunjukkan kesediaannya mengakui keberadaan orang lain sebagai bagian dari komunitas KKS. Karena itu, apa pun motifnya, tulus atau sekadar formalitas, bersilaturahmi dan maaf-memaafkan dalam Lebaran baik bagi kesehatan jiwa dan kesejahteraan masyarakat. Silaturahmi dan maaf-memaafkan membuat masyarakat rukun dan bernilai luar biasa bagi ketahanan bangsa.*
0 Komentar