Oleh : H. A. Ahmad Saransi.
Perceraian adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sejarah dan budaya sebuah masyarakat. Di Soppeng, tingkat perceraian telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, menciptakan dampak yang luas pada individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.Untuk memahami tingginya tingkat perceraian di Soppeng, penting untuk melihat kembali ke dalam sejarah daerah tersebut. Soppeng telah mengalami transformasi sosial dan ekonomi yang signifikan sejak periode pasca-perang Rumpa'na Bone 1905. Modernisasi ekonomi, urbanisasi, dan perubahan sosial telah mengubah lanskap budaya dan nilai-nilai tradisional yang dahulu kuat.
Selama era pasca-perang, banyak perubahan signifikan terjadi dalam struktur keluarga tradisional. Industrialisasi dan migrasi rural-urban mengakibatkan pemisahan antara anggota keluarga yang sebelumnya saling bergantung satu sama lain. Hal ini sering kali menciptakan ketegangan dalam hubungan dan memperkuat faktor-faktor yang menyebabkan perceraian.
Disisi lain Budaya Soppeng juga memainkan peran penting dalam tingginya tingkat perceraian. Meskipun nilai-nilai keluarga dan pernikahan masih dihargai, namun tekanan dari modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial telah menempatkan beban tambahan pada hubungan pernikahan.
Pergeseran nilai-nilai budaya yang menekankan individualisme, kebebasan pribadi, dan pembebasan perempuan telah mengubah pandangan terhadap pernikahan dan komitmen jangka panjang. Wanita Soppeng, yang sebelumnya terbatas dalam peran rumah tangga, sekarang memiliki lebih banyak kesempatan untuk pendidikan dan karier, yang sering kali menyebabkan pergeseran dalam dinamika kekuasaan dalam hubungan pernikahan.
Selain itu, media massa dan teknologi informasi telah memainkan peran penting dalam membentuk persepsi tentang hubungan dan cinta. Ide-ide romantisasi tentang cinta dan pernikahan sering kali tidak sesuai dengan realitas kehidupan sehari-hari, yang dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketegangan dalam hubungan.
Dengan demikian tingginya tingkat perceraian memiliki dampak yang luas, termasuk konsekuensi emosional, ekonomi, dan sosial. Anak-anak sering kali menjadi korban utama dalam perceraian, mengalami stres dan ketidakstabilan dalam kehidupan keluarga mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan yang komprehensif diperlukan. Ini termasuk pendidikan tentang komunikasi dan keterampilan hubungan, dukungan untuk keluarga yang bermasalah, dan promosi nilai-nilai keluarga yang sehat dan komitmen jangka panjang.
Pemerintah dan lembaga masyarakat juga dapat memainkan peran penting dalam memberikan akses terhadap layanan konseling dan dukungan sosial bagi pasangan yang mengalami masalah pernikahan. Selain itu, penting untuk terus memperkuat nilai-nilai keluarga dan komunitas yang positif, serta mempromosikan kesadaran akan dampak negatif perceraian terhadap individu dan masyarakat.
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, masyarakat Soppeng dapat bekerja sama untuk mengurangi tingkat perceraian dan membangun keluarga yang kuat dan berkelanjutan.
_(Artikel ini sebagai respon atas permintaan Ketua IKA UNHAS Soppeng Bapak Ir Lutfi Halide, MP untuk melakukan diskusi beberapa topik, diantanya, tingginya perceraian di Soppeng)._
0 Komentar