Oleh : Ahmad Saransi
Bila Anda pernah membaca naskah I La Galigo baik aslinya ataupun hasil terjemahannya, saya pastikan bahwa Anda tidak akan menemukan kata sapi dalam naskah tersebut. Mengapa?
Perlu diketahui bahwa jauh sebelum sapi didatangkan ke Sulawesi Selatan naskah I La Galigo sudah ditulis sekitar abad ke 15. Sedangkan sapi yang didatangkan dari Bali itu sekitar tahun 1900 an.
Itulah salah satu sebab sapi tidak disinggung dalam naskah I La Galigo sebagai binatang persembahan upacara.
Mungkin teman-teman akan bertanya lebih lanjut, mengapa bukan rusa, kambing, anoa dan lain-lain yang menjadi binatang persembahan upacara mereka?
Perlu kami informasikan bahwa kerbau bagi mereka bukan hanya sebagai binatang ternak biasa, melainkan juga sebagai simbol yang kaya makna dalam berbagai upacara adat mereka.
Kerbau dianggap sebagai simbol kekuatan fisik dan kemakmuran material dalam masyarakat. Kehadirannya tidak hanya mewakili sumber daya ekonomi yang penting, tetapi juga melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi keluarga atau komunitas. Sebagai masyarakat agraris, kerbau menjadi simbol vital dari produktivitas dan keberhasilan.
Selain sebagai simbol material, kerbau juga memiliki makna spiritual yang dalam. Dalam kepercayaan tradisional mereka, kerbau dianggap memiliki hubungan erat dengan dunia roh dan dewa-dewa. Pengorbanan kerbau tidak hanya merupakan ungkapan terima kasih kepada leluhur dan dewa-dewa, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi dengan alam gaib yang diyakini memiliki pengaruh langsung terhadap kesejahteraan dan kesuksesan komunitas.
Meskipun tradisi pengorbanan kerbau telah mengalami perubahan akibat pengaruh perubahan sosial dan modernisasi, masyarakat pendukungnya tetap menghargai warisan budaya ini sebagai bagian penting dari identitas mereka.
Dengan demikian, peran kerbau bukan hanya sebagai bagian dari praktik ritual, tetapi juga sebagai puncak dari nilai-nilai budaya yang kaya dan kompleks. Kerbau tidak hanya menjadi subjek upacara, tetapi juga menjelma sebagai simbol yang mempersatukan masa lalu, kini, dan masa depan bagi komunitas mereka.*
Diedit oleh: Agus Iskandar
0 Komentar